Salam dari Saya

Foto saya
Terima kasih telah mengunjungi Blog saya. Hal penting dalam hidup,bahwa manusia harus terus berkembang dalam segala hal agar bisa berhasil dan selalu mawas diri. Oleh karena itu kami buat blog ini untuk berbagi tanpa harus menggurui. Semua orang punya kekurangan dan kelebihannya sendiri, dan akan menjadi lebih baik bila mau saling mengisi dan berbagi.

Rabu, 24 Juni 2009

Ketika sapaan tidak dibalas...


Di suatu perusahaan ada seorang manager senior baru yang pendiam, setiap pagi jika disapa salam anak buahnya tidak pernah membalas apalagi tersenyum.

Hampir semua anak buahnya menjadi ikut acuh jika bertemu dengannya, kecuali Dimas yang tetap konsisten memberi salam meskipun tidak pernah sekalipun dibalas. Akhirnya teman-temannya ingin tahu apa sebabnya dia berbuat demikian , apa karena takut atau hanya ingin mencari “perhatian”.

“ aku akan terus memberi salam atasanku, meski tidak dibalas, karena aku memberi salam bukan karena ingin dibalas, aku lakukan karena aku percaya itu adalah hal yang baik, dan hal yang baik akan aku lakukan murni dari dalam hatiku, tidak peduli ada balasan atau tidak". Itu alasan yang diungkapkan Dimas.
Sebagian temannya mengangguk-angguk, tetapi yang lainnya bergumam “ ah hidup kan harus saling menghormati, kalau dia tidak mau menjawab ya kita tidak usah menyapa, jadi impas..”
Setelah berbulan bulan akhirnya sang Manager, (-tidak tahu karena apa-), menjadi mau membalas salam dan menjadi akrab dengan Dimas, sedang karyawan yang lain tetap acuh dan jauh.

Tindakan Dimas yang konsisten itu menunjukkan kemerdekaan jiwanya yang bisa “memaksa”sang Manager menuruti ajakannya untuk saling menyapa. Bandingkan dengan temn-temannya yang ikut-ikut menjadi acuh akhirnya tidak mendapatkan manfaat apa-apa dan secara tidak sadar menjadi sub-ordinasi dari managernya.


Sebagian dari kita percaya hidup harus “take and give” atau harus saling berbalas (resiprokal) ,kalau tidak berarti kita menjadi tidak terhormat dan kalah…
- Saya akan menyapa kalau dia juga balas menyapa
- Aku tidak akan tersenyum kalau dia tidak tersenyum dulu
- Saya hanya akan mengikuti sarannya, kalau dia juga mau menerima saran saya, ...

Prinsip itu tidak salah, tetapi kalau selalu menggunakan asas resiprokal, sebenarnya perbuatan kita menjadi tergantung pada orang lain, bukankah ini berarti kita menjadi tidak merdeka tetapi malah selalu ”didikte” orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar