Salam dari Saya

Foto saya
Terima kasih telah mengunjungi Blog saya. Hal penting dalam hidup,bahwa manusia harus terus berkembang dalam segala hal agar bisa berhasil dan selalu mawas diri. Oleh karena itu kami buat blog ini untuk berbagi tanpa harus menggurui. Semua orang punya kekurangan dan kelebihannya sendiri, dan akan menjadi lebih baik bila mau saling mengisi dan berbagi.

Kamis, 31 Desember 2009

Ganti Tahun


Tidak terasa 365  hari terlewati, tahun akan berganti, artinya sebuah kalender akan dibuang lagi dan diganti kalender baru.Seperti biasa pergantian tahun selalu dihiasi pesta perayaan dan keramaian dan kemacetan dan lain-lainnya yang sejenis.


Ritual lain yang sering diomongkan orang adalah melakukan kontemplasi, yakni menengok kebelakang, keberhasilan atau kegagalan apa saja yang telah kita lakukan.

Keberhasilan yang  dicapai patut disyukuri dan dirayakan, tetapi jangan berhenti disitu, jadikanlah keberhasilan tahun lalu  untuk menjadi batu pijakan untuk keberhasilan ditahun mendatang.
Janganlah beranggapan di tahun depan otomatis keberhasilan itu  akan terulang kembali,  karena kondisi dan tantangan tahun depan tidak sama dengan tahun lalu. Oleh karena itu untuk kembali berhasil, tidak bisa lagi berdasar pola lama tetapi harus ada perubahan, tanpa tindakan yang berbeda dengan sebelumnya mustahil keberhasilan akan terjadi lagi di tahun depan.

Sedangkan kegagalan yang dialami pada tahun lalu jangan membuat kita takut untuk berbuat di tahun mendatang ,tetapi jadikan bahan belajar untuk memperbaiki tindakan kita ke depan.
Orang yang terlalu terbebani kegagalan masa lampau biasanya merasa takut menghadapi masa depan, hilangkan perasaan itu, karena ibarat orang berjalan  kedepan, apa yang ada dibelakang tidak akan terulang lagi di depan, kecuali kalau kita berjalan mundur.

Dalam melihat kebelakang kita biasanya terjebak melihat apa yang sudah dilakukan, tetapi yang terbaik adalah fokus kepada apa yang belum dilakukan. Karena apa yang sudah dilakukan, meskipun sangat disesali, tidak akan bisa dirubah lagi.

Seperti kata pepatah, jangan menyesali apa yang telah dilakukan tetapi sesalilah apa yang belum dilakukan. Oleh Karena itu sejak hari pertama tahun depan mulailah dengan tindakan, tindakan dan tindakan......

Mungkin ada banyak rencana dalam benak kita, tetapi rencana saja tanpa tindakan ibarat orang bermimpi indah berjalan- jalan keluar kota, tetapi terkejut ketika bangun ternyata masih ada di kasur tidak beranjak kemana-mana.

Selamat Tahun Baru,

Renungan 31 Desember 2009


Selasa, 29 Desember 2009

Tabungan Emosional



Dua orang teman saya,  sebut saja si “Badu” dan si “Bani” pernah sama-sama datang terlambat sampai 3 jam. Yang mengherankan saya, respons anak buahnya  bisa sangat berbeda.
Anak buah  Badu dengan wajah gundah  berkata “ Wah kasihan, Pak Badu pasti lagi ada masalah di jalan , bisa jadi mobilnya mogok atau ban-nya kempes, mudah-mudahan nggak ada masalah besar”.
Namun berlainan dengan anak buah Bani, dengan muka masam dia berkomentar : “ Biasa,..Pak Bani pasti bangun kesiangan !!,”

Pada kenyataaanya saya tahu persis yang bangun kesiangan itu sebenarnya si Badu akibat  bergadang lihat siaran bola, sedangkan si  Bani benar-benar baru ada masalah , anaknya sakit sehingga harus mengantar ke dokter.

Mengapa bisa begitu?, setelah saya renungkan ternyata memang ada perbedaan gaya memimpin dan perilaku keduanya.
Badu dalam kesehariannya memimpin dengan contoh dan perilaku yang baik sehingga orang percaya akan kebenaran tindakannya, sedangkan Bani perilakunya sering tidak sejalan dengan apa yang dikatakannya akibatnya orang sering ragu akan kejujuran dan ketulusannya.

Seorang pemimpin yang bisa menanamkan kepercayaan pada anak buahnya, akan selalu dianggap positif, meskipun kadang ia teledor , seperti kasus Badu,  masih akan “dimaafkan”, ini karena ia  punya tabungan emosional yang masih positif pada anak buahnya.

Sedangkan Bani kebalikannya, dengan segala sikapnya yang kurang baik sebelum-sebelumnya membuat ia tidak punya tabungan emosional yang positif , malah tabungan emosionalnya sudah negatif, akibatnya apapun  yang dilakukan  dianggap jelek, termasuk saat ia sedang berbuat yang jujur dan benar.

Tabungan emosional atau “emotional bank Account” sangat berarti dalam menjaga hubungan.

Emotional bank account akan bertambah (positif) jika kita melakukan hal-hal yang baik dan tanpa pamrih, seperti kita menjenguk kalau sejawat atau anak buah sakit, ikut berduka kalau keluarga team kita ada yang wafat atau terkena bencana, menolong, banyak SENYUM,ramah, berbuat jujur dan sebagainya. Emotional bank account akan berkurang jika kita tidak menghormati orang lain, tidak peduli dan yang sejenisnya

Nah, Orang yang punya banyak tabungan emotional positif biasanya akan dimaklumi bila suatu saat dia berbuat salah, meskipun itu akan mengurangi tabungan emosionalnya.
Namun sebaliknya susah sekali bagi orang yang terlanjur mempunyai tabungan emosional negatif, dia harus berbuat baik yang berkali-kali untuk sekedar membuat keadaan menjadi netral atau image negatifnya hilang.
Sebelum Tabungan emosional anda positif atau minimal nol/netral, jangan berharap tindakan-tindakan baik anda akan diterima dengan baik tanpa curiga oleh orang lain.

Kunci untuk mendapatkan tabungan emosional yang positif adalah pada saat kita pertama kali bertemu atau berinteraksi. Pada saat itu hubungan masih bersifat netral, artinya tabungan emosionalnya masih nol , tidak positif dan tidak negatif. Oleh karena itu kesan saat pertama interaksi menjadi sangat krusial, sekali kita bisa memberi kesan baik akan membuat tabungan emosional kita positif dan selanjutnya hubungan akan terjalin dengan baik dan penuh kepercayaan.
Sebaliknya jika kita salah tindak pada interaksi pertama sehingga menyebabkan ketersinggungan dan ketidakpercayaan (negative emotional bank account) maka bisa diramalkan hubungan selanjutnya akan rapuh dan saling curiga.

Jadi selain tabungan komersial, isilah hari-hari anda dengan menambah tabungan emosinal kepada siapa saja dan sebarkan kesan positif kepada orang-orang yang baru anda kenal.
Orang yang punya banyak tabungan emosional positif biasanya lebih confidence ,berani mengambil sikap dan keputusan, karena tidak takut salah. Toh kalau salah orang masih mau memaklumi dan memaafkan...

Pengembangan diri 28 Desember 2009

Kamis, 24 Desember 2009

Sudut Pandang

Sudut Pandang,

Setiap kali saya mudik lewat Pantura, saya selalu menyempatkan mampir makan di RM Pringsewu, karena selain makanan kami selalu dapat gimmick sederhana tetapi menyenangkan, seperti kartu sulap, gambar ilusi dan sebagainya.
Seperti biasa, setelah makan sayapun menunggu gimmick kejutan, benar saja , kemudian saya diberi kartu seperti dibawah ini untuk melihat apa yang tertera di kartu itu




Kalau sudut pandang kita fokuskan ke warna biru maka kita tidak akan dapat melihat tulisan apa-apa, tetapi jika kita melebarkan sudut pandang kita dengan melihat bagian yang tidak diberi warna , maka dengan cepat kita akan melihat tulisan L-I-F-T.

Permainan sederhana, tetapi sebenarnya sering dialami dalam kehidupan sehari-hari.
Kadang kita menghadapai permasalahan yang terasa sangat sukar dan berbelit, mungkin saja kesulitan itu disebabkan oleh sudut pandang kita yang tidak pas. Ada baiknya jika sudah dirasa buntu kita diam sejenak dan merubah sudut pandang kita dalam melihat masalah itu. Mungkin dengan sudut pandang yang baru kita akan lihat masalah itu menjadi sederhana, sesederhana contah gambar dan tulisan L-I-F-T diatas.

Tetapi merubah sudut pandang tidaklah mudah, bisa saja orang tidak bisa berubah sudut pandang karena terbatasnya pengetahuan dan pengalaman. Tetapi ada juga orang yang tidak mau berubah sudut pandang karena terjebak dalam arogansi bahwa sudut pandangnya-lah yang paling benar.

Orang yang matang dan sukses adalah orang yang dengan mudah mau dan bisa berganti sudut pandangnya dalam melihat suatu masalah, sehingga bisa merekam masalah secara lengkap dari berbagai dimensi. Dengan demikian akan ditemukan penyelesaian yang mudah dan menyeluruh.

Kamis, 03 Desember 2009

"Amenangi Jaman Edan"

amenangi jaman édan, éwuhaya ing pambudi,
mélu ngédan nora tahan, yén tan mélu anglakoni,
boya keduman mélik, kaliren wekasanipun,
ndilalah kersa Allah, begja-begjaning kang lali,
luwih begja kang éling klawan waspada.
Artinya :
menyaksikan jaman gila, serba susah dalam bertindak,
ikut gila tidak akan tahan, tapi kalau tidak mengikuti (gila),
tidak akan mendapatkan bagian, kelaparan pada akhirnya,
namun telah menjadi kehendak Allah, sebahagia-bahagianya orang yang lalai,
akan lebih bahagia orang yang tetap ingat dan waspada.

(petikan dari Serat Kalatidha )

Dalam kondisi tertentu kidung (syair jawa) diatas bisa mengingatkan kita , bila kondisi lingkungan memburuk tidak berarti kita juga harus ikut menjadi buruk.

Banyak orang mengeluh, bagaimana saya bisa berprestasi baik jika atasan, lingkungan atau malah negara ini lagi tidak baik ?

Sebaiknya jangan menggantungkan nasib dan kesuksesan kita pada pihak luar, biarkan mereka semua buruk, tetapi tetaplah berusaha menjadi yang terbaik dan menularkan kebaikan itu ke lingkungan, demikian kata orang bijak.

Berkonsentrasilah pada apa yang bisa kita lakukan, dan lakukan sebaik mungkin .
Jangan terlalu terganggu dengan kejadian luar yang sebenarnya diluar jangkauan kita . Jadilah pocket of excellent, dengan demikian kita akan bertahan dan terus bisa berkembang dalam kondisi apapun.


Kearifan alam menunjukkan bahwa kita baru bisa memanen bila kita menanam lebih dahulu. Oleh karena itu bila bumi pertiwi gersang oleh “kegilaan” jangan letih untuk terus menanam benih-benih kebaikan. Jika tanahnya dirusak oleh hama kecurangan, kerakusan dan kebencian, maka terus pupuklah dengan kebajikan, kesabaran dan ketakwaan, insya Allah benih kebaikan akan berbuah keberhasilan dan kebahagiaan dikemudian hari.

Lingkungan yang sedang terpuruk adalah media seleksi terbaik untuk mendapatkan pemimpin yang brilian. Orang yang bisa berhasil dalam kondisi lingkungan yang compang-camping menunjukkan bahwa ia orang yang tahan uji dan berkualitas.
Maka berbahagialah jika menghadapi kondisi lingkungan yang morat-marit karena saat itulah sebenarnya kita sedang mendapat kesempatan menjadi orang sukses.
Masalahnya adalah apakah kita mau berjuang memanfaatkannya atau menyerah.

4 desember 2009

"Walk in the Talk"


“Walk in the Talk”....

Suatu hari seorang ibu mengajak anaknya bertemu Mahatma Gandhi, sang ibu minta tolong Gandhi menasihati anaknya agar berhenti makan permen.
Sejenak Gandhi terdiam, kemudian dia berkata: “ Datanglah kembali kesini 2 minggu lagi”.
Dengan sedikit bingung, si Ibu menuruti kehendak Gandhi, dua minggu kemudian ia kembali membawa anaknya menemui Mahatma Gandhi.
Saat bertemu Gandhi, anak itu dipandangnya dengan kasih :” Berhentilah makan permen” kata Gandhi. Anak itu pun menurut, hanya sang Ibu yang akhirnya bertanya, mengapa untuk nasihat itu harus menunggu 2 minggu. Dengan tersenum gandhi menjawab: “ Saat itu aku juga suka makan permen, jadi aku juga harus berhenti makan permen sebelum menasihati anak ibu”....

Mahatma Gandhi dikenal sangat konsekuen dengan ucapannya, apa yang diucapkan sama dengan apa yang dilakukan. Saat ia menganjurkan Swadeshi (Mandiri, hanya mau memakai produksi India), dengan konsekuen ia pun tidak menyentuh barang import sampai wafat, mulai dari baju, sandal dan makanan semua berasal dari India, meskipun dengan keadaan sangat sederhana dan serba terbatas. Itulah yang  disebut “Walk in the Talk”

Dalam leadership orang yang “walk in the Talk” seperti Gandhi akan menjadi Role Model Yang hebat,  semua tutur ucapannya akan diikuti dengan kerelaan dan bukan karena keterpaksaan.


Sungguh sulit untuk menganjurkan orang lain melakukan sesuatu yang kita sendiri tidak melakukannya, demikian juga sangat sulit untuk melarang orang lain melakukan sesuatu yang kita sendiri melakukannya.

Bisa dibayangkan bagaimana sukarnnya seorang Bapak yang perokok menganjurkan anaknya agar tidak merokok !!, sehingga sangat bisa dimengerti jika seorang kerabat saya yang perokok berat sejak mudanya, tiba-tiba bisa berhenti total hanya karena ingin melihat anak kesayangannya tidak merokok.



Kata orang jika kita “bisa berbuat seperti apa yang dikatakan” dan “berkata seperti apa yang diperbuat” maka hidup akan terasa mudah karena tidak perlu ada yang direkayasa atau ditutup-tutupi dan kejujuran akan terwujud dengan sendirinya.


Banyak pribadi atau perusahaan di negeri tercinta sudah mengadopsi “walk in the Talk” atau integritas dalam Core value-nya.


Tetapi sekalil lagi hal ini mudah diucapkan tetapi sukar dilakukan, namun yang lebih penting jangan lelah untuk terus mencoba, mencoba dan mencoba. Karena jika berhasil artinya kita telah menjadi orang yang sukses paripurna, tidak takut kepada apapun dan siapapun kecuali Tuhan semata. Amin Ya roballalamin