Salam dari Saya

Foto saya
Terima kasih telah mengunjungi Blog saya. Hal penting dalam hidup,bahwa manusia harus terus berkembang dalam segala hal agar bisa berhasil dan selalu mawas diri. Oleh karena itu kami buat blog ini untuk berbagi tanpa harus menggurui. Semua orang punya kekurangan dan kelebihannya sendiri, dan akan menjadi lebih baik bila mau saling mengisi dan berbagi.

Kamis, 31 Desember 2009

Ganti Tahun


Tidak terasa 365  hari terlewati, tahun akan berganti, artinya sebuah kalender akan dibuang lagi dan diganti kalender baru.Seperti biasa pergantian tahun selalu dihiasi pesta perayaan dan keramaian dan kemacetan dan lain-lainnya yang sejenis.


Ritual lain yang sering diomongkan orang adalah melakukan kontemplasi, yakni menengok kebelakang, keberhasilan atau kegagalan apa saja yang telah kita lakukan.

Keberhasilan yang  dicapai patut disyukuri dan dirayakan, tetapi jangan berhenti disitu, jadikanlah keberhasilan tahun lalu  untuk menjadi batu pijakan untuk keberhasilan ditahun mendatang.
Janganlah beranggapan di tahun depan otomatis keberhasilan itu  akan terulang kembali,  karena kondisi dan tantangan tahun depan tidak sama dengan tahun lalu. Oleh karena itu untuk kembali berhasil, tidak bisa lagi berdasar pola lama tetapi harus ada perubahan, tanpa tindakan yang berbeda dengan sebelumnya mustahil keberhasilan akan terjadi lagi di tahun depan.

Sedangkan kegagalan yang dialami pada tahun lalu jangan membuat kita takut untuk berbuat di tahun mendatang ,tetapi jadikan bahan belajar untuk memperbaiki tindakan kita ke depan.
Orang yang terlalu terbebani kegagalan masa lampau biasanya merasa takut menghadapi masa depan, hilangkan perasaan itu, karena ibarat orang berjalan  kedepan, apa yang ada dibelakang tidak akan terulang lagi di depan, kecuali kalau kita berjalan mundur.

Dalam melihat kebelakang kita biasanya terjebak melihat apa yang sudah dilakukan, tetapi yang terbaik adalah fokus kepada apa yang belum dilakukan. Karena apa yang sudah dilakukan, meskipun sangat disesali, tidak akan bisa dirubah lagi.

Seperti kata pepatah, jangan menyesali apa yang telah dilakukan tetapi sesalilah apa yang belum dilakukan. Oleh Karena itu sejak hari pertama tahun depan mulailah dengan tindakan, tindakan dan tindakan......

Mungkin ada banyak rencana dalam benak kita, tetapi rencana saja tanpa tindakan ibarat orang bermimpi indah berjalan- jalan keluar kota, tetapi terkejut ketika bangun ternyata masih ada di kasur tidak beranjak kemana-mana.

Selamat Tahun Baru,

Renungan 31 Desember 2009


Selasa, 29 Desember 2009

Tabungan Emosional



Dua orang teman saya,  sebut saja si “Badu” dan si “Bani” pernah sama-sama datang terlambat sampai 3 jam. Yang mengherankan saya, respons anak buahnya  bisa sangat berbeda.
Anak buah  Badu dengan wajah gundah  berkata “ Wah kasihan, Pak Badu pasti lagi ada masalah di jalan , bisa jadi mobilnya mogok atau ban-nya kempes, mudah-mudahan nggak ada masalah besar”.
Namun berlainan dengan anak buah Bani, dengan muka masam dia berkomentar : “ Biasa,..Pak Bani pasti bangun kesiangan !!,”

Pada kenyataaanya saya tahu persis yang bangun kesiangan itu sebenarnya si Badu akibat  bergadang lihat siaran bola, sedangkan si  Bani benar-benar baru ada masalah , anaknya sakit sehingga harus mengantar ke dokter.

Mengapa bisa begitu?, setelah saya renungkan ternyata memang ada perbedaan gaya memimpin dan perilaku keduanya.
Badu dalam kesehariannya memimpin dengan contoh dan perilaku yang baik sehingga orang percaya akan kebenaran tindakannya, sedangkan Bani perilakunya sering tidak sejalan dengan apa yang dikatakannya akibatnya orang sering ragu akan kejujuran dan ketulusannya.

Seorang pemimpin yang bisa menanamkan kepercayaan pada anak buahnya, akan selalu dianggap positif, meskipun kadang ia teledor , seperti kasus Badu,  masih akan “dimaafkan”, ini karena ia  punya tabungan emosional yang masih positif pada anak buahnya.

Sedangkan Bani kebalikannya, dengan segala sikapnya yang kurang baik sebelum-sebelumnya membuat ia tidak punya tabungan emosional yang positif , malah tabungan emosionalnya sudah negatif, akibatnya apapun  yang dilakukan  dianggap jelek, termasuk saat ia sedang berbuat yang jujur dan benar.

Tabungan emosional atau “emotional bank Account” sangat berarti dalam menjaga hubungan.

Emotional bank account akan bertambah (positif) jika kita melakukan hal-hal yang baik dan tanpa pamrih, seperti kita menjenguk kalau sejawat atau anak buah sakit, ikut berduka kalau keluarga team kita ada yang wafat atau terkena bencana, menolong, banyak SENYUM,ramah, berbuat jujur dan sebagainya. Emotional bank account akan berkurang jika kita tidak menghormati orang lain, tidak peduli dan yang sejenisnya

Nah, Orang yang punya banyak tabungan emotional positif biasanya akan dimaklumi bila suatu saat dia berbuat salah, meskipun itu akan mengurangi tabungan emosionalnya.
Namun sebaliknya susah sekali bagi orang yang terlanjur mempunyai tabungan emosional negatif, dia harus berbuat baik yang berkali-kali untuk sekedar membuat keadaan menjadi netral atau image negatifnya hilang.
Sebelum Tabungan emosional anda positif atau minimal nol/netral, jangan berharap tindakan-tindakan baik anda akan diterima dengan baik tanpa curiga oleh orang lain.

Kunci untuk mendapatkan tabungan emosional yang positif adalah pada saat kita pertama kali bertemu atau berinteraksi. Pada saat itu hubungan masih bersifat netral, artinya tabungan emosionalnya masih nol , tidak positif dan tidak negatif. Oleh karena itu kesan saat pertama interaksi menjadi sangat krusial, sekali kita bisa memberi kesan baik akan membuat tabungan emosional kita positif dan selanjutnya hubungan akan terjalin dengan baik dan penuh kepercayaan.
Sebaliknya jika kita salah tindak pada interaksi pertama sehingga menyebabkan ketersinggungan dan ketidakpercayaan (negative emotional bank account) maka bisa diramalkan hubungan selanjutnya akan rapuh dan saling curiga.

Jadi selain tabungan komersial, isilah hari-hari anda dengan menambah tabungan emosinal kepada siapa saja dan sebarkan kesan positif kepada orang-orang yang baru anda kenal.
Orang yang punya banyak tabungan emosional positif biasanya lebih confidence ,berani mengambil sikap dan keputusan, karena tidak takut salah. Toh kalau salah orang masih mau memaklumi dan memaafkan...

Pengembangan diri 28 Desember 2009

Kamis, 24 Desember 2009

Sudut Pandang

Sudut Pandang,

Setiap kali saya mudik lewat Pantura, saya selalu menyempatkan mampir makan di RM Pringsewu, karena selain makanan kami selalu dapat gimmick sederhana tetapi menyenangkan, seperti kartu sulap, gambar ilusi dan sebagainya.
Seperti biasa, setelah makan sayapun menunggu gimmick kejutan, benar saja , kemudian saya diberi kartu seperti dibawah ini untuk melihat apa yang tertera di kartu itu




Kalau sudut pandang kita fokuskan ke warna biru maka kita tidak akan dapat melihat tulisan apa-apa, tetapi jika kita melebarkan sudut pandang kita dengan melihat bagian yang tidak diberi warna , maka dengan cepat kita akan melihat tulisan L-I-F-T.

Permainan sederhana, tetapi sebenarnya sering dialami dalam kehidupan sehari-hari.
Kadang kita menghadapai permasalahan yang terasa sangat sukar dan berbelit, mungkin saja kesulitan itu disebabkan oleh sudut pandang kita yang tidak pas. Ada baiknya jika sudah dirasa buntu kita diam sejenak dan merubah sudut pandang kita dalam melihat masalah itu. Mungkin dengan sudut pandang yang baru kita akan lihat masalah itu menjadi sederhana, sesederhana contah gambar dan tulisan L-I-F-T diatas.

Tetapi merubah sudut pandang tidaklah mudah, bisa saja orang tidak bisa berubah sudut pandang karena terbatasnya pengetahuan dan pengalaman. Tetapi ada juga orang yang tidak mau berubah sudut pandang karena terjebak dalam arogansi bahwa sudut pandangnya-lah yang paling benar.

Orang yang matang dan sukses adalah orang yang dengan mudah mau dan bisa berganti sudut pandangnya dalam melihat suatu masalah, sehingga bisa merekam masalah secara lengkap dari berbagai dimensi. Dengan demikian akan ditemukan penyelesaian yang mudah dan menyeluruh.

Kamis, 03 Desember 2009

"Amenangi Jaman Edan"

amenangi jaman édan, éwuhaya ing pambudi,
mélu ngédan nora tahan, yén tan mélu anglakoni,
boya keduman mélik, kaliren wekasanipun,
ndilalah kersa Allah, begja-begjaning kang lali,
luwih begja kang éling klawan waspada.
Artinya :
menyaksikan jaman gila, serba susah dalam bertindak,
ikut gila tidak akan tahan, tapi kalau tidak mengikuti (gila),
tidak akan mendapatkan bagian, kelaparan pada akhirnya,
namun telah menjadi kehendak Allah, sebahagia-bahagianya orang yang lalai,
akan lebih bahagia orang yang tetap ingat dan waspada.

(petikan dari Serat Kalatidha )

Dalam kondisi tertentu kidung (syair jawa) diatas bisa mengingatkan kita , bila kondisi lingkungan memburuk tidak berarti kita juga harus ikut menjadi buruk.

Banyak orang mengeluh, bagaimana saya bisa berprestasi baik jika atasan, lingkungan atau malah negara ini lagi tidak baik ?

Sebaiknya jangan menggantungkan nasib dan kesuksesan kita pada pihak luar, biarkan mereka semua buruk, tetapi tetaplah berusaha menjadi yang terbaik dan menularkan kebaikan itu ke lingkungan, demikian kata orang bijak.

Berkonsentrasilah pada apa yang bisa kita lakukan, dan lakukan sebaik mungkin .
Jangan terlalu terganggu dengan kejadian luar yang sebenarnya diluar jangkauan kita . Jadilah pocket of excellent, dengan demikian kita akan bertahan dan terus bisa berkembang dalam kondisi apapun.


Kearifan alam menunjukkan bahwa kita baru bisa memanen bila kita menanam lebih dahulu. Oleh karena itu bila bumi pertiwi gersang oleh “kegilaan” jangan letih untuk terus menanam benih-benih kebaikan. Jika tanahnya dirusak oleh hama kecurangan, kerakusan dan kebencian, maka terus pupuklah dengan kebajikan, kesabaran dan ketakwaan, insya Allah benih kebaikan akan berbuah keberhasilan dan kebahagiaan dikemudian hari.

Lingkungan yang sedang terpuruk adalah media seleksi terbaik untuk mendapatkan pemimpin yang brilian. Orang yang bisa berhasil dalam kondisi lingkungan yang compang-camping menunjukkan bahwa ia orang yang tahan uji dan berkualitas.
Maka berbahagialah jika menghadapi kondisi lingkungan yang morat-marit karena saat itulah sebenarnya kita sedang mendapat kesempatan menjadi orang sukses.
Masalahnya adalah apakah kita mau berjuang memanfaatkannya atau menyerah.

4 desember 2009

"Walk in the Talk"


“Walk in the Talk”....

Suatu hari seorang ibu mengajak anaknya bertemu Mahatma Gandhi, sang ibu minta tolong Gandhi menasihati anaknya agar berhenti makan permen.
Sejenak Gandhi terdiam, kemudian dia berkata: “ Datanglah kembali kesini 2 minggu lagi”.
Dengan sedikit bingung, si Ibu menuruti kehendak Gandhi, dua minggu kemudian ia kembali membawa anaknya menemui Mahatma Gandhi.
Saat bertemu Gandhi, anak itu dipandangnya dengan kasih :” Berhentilah makan permen” kata Gandhi. Anak itu pun menurut, hanya sang Ibu yang akhirnya bertanya, mengapa untuk nasihat itu harus menunggu 2 minggu. Dengan tersenum gandhi menjawab: “ Saat itu aku juga suka makan permen, jadi aku juga harus berhenti makan permen sebelum menasihati anak ibu”....

Mahatma Gandhi dikenal sangat konsekuen dengan ucapannya, apa yang diucapkan sama dengan apa yang dilakukan. Saat ia menganjurkan Swadeshi (Mandiri, hanya mau memakai produksi India), dengan konsekuen ia pun tidak menyentuh barang import sampai wafat, mulai dari baju, sandal dan makanan semua berasal dari India, meskipun dengan keadaan sangat sederhana dan serba terbatas. Itulah yang  disebut “Walk in the Talk”

Dalam leadership orang yang “walk in the Talk” seperti Gandhi akan menjadi Role Model Yang hebat,  semua tutur ucapannya akan diikuti dengan kerelaan dan bukan karena keterpaksaan.


Sungguh sulit untuk menganjurkan orang lain melakukan sesuatu yang kita sendiri tidak melakukannya, demikian juga sangat sulit untuk melarang orang lain melakukan sesuatu yang kita sendiri melakukannya.

Bisa dibayangkan bagaimana sukarnnya seorang Bapak yang perokok menganjurkan anaknya agar tidak merokok !!, sehingga sangat bisa dimengerti jika seorang kerabat saya yang perokok berat sejak mudanya, tiba-tiba bisa berhenti total hanya karena ingin melihat anak kesayangannya tidak merokok.



Kata orang jika kita “bisa berbuat seperti apa yang dikatakan” dan “berkata seperti apa yang diperbuat” maka hidup akan terasa mudah karena tidak perlu ada yang direkayasa atau ditutup-tutupi dan kejujuran akan terwujud dengan sendirinya.


Banyak pribadi atau perusahaan di negeri tercinta sudah mengadopsi “walk in the Talk” atau integritas dalam Core value-nya.


Tetapi sekalil lagi hal ini mudah diucapkan tetapi sukar dilakukan, namun yang lebih penting jangan lelah untuk terus mencoba, mencoba dan mencoba. Karena jika berhasil artinya kita telah menjadi orang yang sukses paripurna, tidak takut kepada apapun dan siapapun kecuali Tuhan semata. Amin Ya roballalamin

Senin, 23 November 2009

Bangunlah "jembatan"...



BANGUNLAH JEMBATAN ....JANGAN TEMBOK

Alkisah ada dua orang kakak beradik yang hidup di sebuah desa. Entah karena apa mereka terjebak ke dalam suatu pertengkaran serius. Dan ini adalah kali pertama mereka bertengkar demikian hebatnya.

Padahal selama 40 tahun mereka hidup rukun berdampingan. Saling meminjamkan
peralatan pertanian. Dan bahu membahu dalam usaha perdagangan tanpa mengalami hambatan. Namun kerjasama yang akrab itu kini retak.

Dimulai dari kesalahpahaman yang sepele saja. Kemudian berubah menjadi perbedaan pendapat yang besar. Dan akhirnya meledak dalam
bentuk caci-maki.

Beberapa minggu sudah berlalu, mereka saling berdiam diri tak bertegur-sapa.

Suatu pagi, datanglah seseorang mengetuk pintu rumah sang kakak.

Di depan pintu berdiri seorang pria membawa kotak perkakas tukang kayu.

Maaf tuan, sebenarnya saya sedang mencari pekerjaan,? kata pria itu dengan ramah. ?Barangkali tuan berkenan memberikan beberapa pekerjaan untuk saya selesaikan.?
Oh ya !? jawab sang kakak.

Saya punya sebuah pekerjaan untukmu.?
Kau lihat ladang pertanian di seberang sungai sana. Itu adalah rumah tetanggaku, ah sebetulnya ia adalah adikku.

Minggu lalu ia mengeruk bendungan dengan bulldozer lalu mengalirkan Airnya ke tengah padang rumput itu sehingga menjadi sungai yang Memisahkan tanah kami.

Hmm, barangkali ia melakukan itu untuk mengejekku, Tapi aku akan membalasnya lebih setimpal. Di situ ada gundukan kayu. Aku ingin kau membuat pagar setinggi 10 meter untukku
Sehingga aku tidak perlu lagi melihat rumahnya. Pokoknya, aku ingin melupakannya. Kata tukang kayu, Saya mengerti. Belikan saya paku dan peralatan.

Akan saya kerjakan sesuatu yang bisa membuat tuan merasa senang.?
Kemudian sang kakak pergi ke kota untuk berbelanja berbagai Kebutuhan dan menyiapkannya untuk si tukang kayu.

Setelah itu ia meninggalkan tukang kayu bekerja sendirian. Sepanjang hari tukang kayu bekerja keras, mengukur, menggergaji dan memaku. Di sore hari, ketika sang kakak petani itu kembali, tukang kayu itu baru Saja menyelesaikan pekerjaannya. Betapa terbelalaknya ia begitu melihat hasil pekerjaan tukang kayu itu. Sama sekali tidak ada pagar kayu sebagaimana yang dimintanya.

Namun, yang ada adalah jembatan melintasi sungai yang menghubungkan ladang pertaniannya dengan ladang Pertanian adiknya.

Jembatan itu begitu indah dengan undak-undakan yang tertata rapi.

Dari seberang sana, terlihat sang adik bergegas berjalan menaiki Jembatan itu dengan kedua tangannya terbuka lebar.

Kakakku, kau sungguh baik hati mau membuatkan jembatan ini. Padahal
sikap dan ucapanku telah menyakiti hatimu. Maafkan aku? kata sang adik pada kakaknya.
Dua bersaudara itu pun bertemu di tengah-tengah jembatan, Saling berjabat tangan dan berpelukan. Melihat itu, tukang kayu pun
membenahi perkakasnya dan bersiap-siap untuk pergi.

Hai, jangan pergi dulu. Tinggallah beberapa hari lagi. Kami mempunyai banyak pekerjaan untukmu,pinta sang kakak.

Sesungguhnya saya ingin sekali tinggal di sini,? kata tukang kayu, tapi masih banyak jembatan lain yang harus saya selesaikan.?

Cerita diatas menyadarkan kita, bahwa dalam pertengkaran yang melibatkan dua pihak,kadang orang ketiga bisa berperan besar untuk menghentikannya.
Untuk berperan seperti itu, orang harus bisa menyaring apa yang baik dan kurang baik, tidak hanya menuruti apa saja yang dimaui oleh yang bersengketa, dengan resiko dimusuhi oleh yang bertengkar tetapi itu sah-sah saja demi untuk merukunkan mereka.

Namun sayangnya kebanyakan orang justru memilih memihak satu atau yang lain demi mendapatkan keuntungan pribadi.
Membangun  “jembatan” memang lebih sukar dibanding membangun “tembok”, tetapi manfaatnya sebanding dengan kerja keras dan segala kesukaran yang dihadapi.

Mudah-mudahan semakin banyak orang yang bisa bersikap seperti “tukang kayu” pada cerita diatas sehingga semua perselisihan di dunia bisa diakhiri dan dunia ini menjadi semakin damai dan indah.
Terima kasih untuk sejawat  Yohanes Sutasurya yang telah membagi ke saya cerita inspiratif ini .

Renungan, 23 November 2009

Kamis, 19 November 2009

Telur Columbus


Telur Columbus

Setelah berhasil “menemukan” benua Amerika, Nama Christopher Columbus menjadi tenar di Spanyol , dikisahkan pada suatu jamuan makan malam ternyata ada beberapa orang yang masih tidak suka dengan prestasi itu.

Ah kalaupun Columbus tidak bisa menemukan Indie (Amerika), pasti ada orang lain di spanyol yang bisa menemukannya, karena dengan pengalaman dan kemampuan yang ada, banyak orang spanyol yang bisa melakukan perjalanan seperti Columbus, cuma saja mungkin mereka nggak mau” kata mereka.
Mendengar sindiran itu, Columbus minta diambilkan sebutir telur.“Kalau kamu memang bisa melakukan seperti yang aku lakukan, sekarang tolong buat agar telur ini berdiri tegak pada ujungnya tanpa alat bantu apapun”.

Mendapat tantangan Columbus, semua orang mencoba memberdirikan telur itu, dan semua gagal karena telur itu selalu terguling , akhirnya telur itu dikembalikan ke Columbus.
Maka diambilnya telur itu, lalu diletakkannya dengan sedikit ditekan di meja sehingga bagian bawahnya retak dan telur itupun dapat berdiri di atas meja.

Setelah melihat cara columbus membuat telur “berdiri”, semua orang bergumam “ kalau begitu saja, semua juga bisa!!”, namun pertanyaannya mengapa tidak ada satupun yang melakukannya kecuali Columbus.
Hal tersebut menunjukkan bahwa Columbus punya pikiran yang kreatif dan berani mencoba apa yang belum pernah dilakukan orang, sehingga telur bisa berdiri. Caranya sederhana tetapi tidak pernah dipikirkan dan dilakukan orang lain sebelumnya, itulah Inovasi.

Innovasi memang tidak hanya dilihat hasil akhirnya, tetapi proses dan cara untuk mendapatkan hasil menjadi penting. Setelah orang tahu caranya , maka semua terlihat mudah, tetapi untuk menemukan pertama kali , dibutuhkan kreatifitas dan keberanian untuk mencoba yang tidak pernah dilakukan orang.

Salah satu kunci inovasi adalah keberanian berpikir berbeda dan mencoba hal yang berbeda yang belum pernah dilakukan orang lain. Jangan takut salah, selama kita punya dasar-dasar perhitungan dan tujuan yang jelas. Kesalahan bisa saja terjadi dalam mencari dan menemukan hal yang baru, jadikan kesalahan itu sebagai batu pijakan untuk mencoba yang lebih baik.

Beberapa waktu lalu saya ke Barcelona, dan secara khusus mengunjungi patung Columbus, ketika berdiri dibawahnya, saya kembali teringat kisah telur Columbus. Innovasi memang butuh keberanian untuk berpikir berbeda dan melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan orang, dengan segala resikonya. Keberanian itulah yang membuat orang-orang seperti Columbus atau Thomas Alfa Edisson menjadi inovator besar.

Inovasi, 19 November 2009

Rabu, 18 November 2009

Risk Taker atau Risk Avoider



Risk taker atau Risk avoider

Setiap hari untuk ke kantor saya harus melalui jalan tol 31 km PP. Suatu saat saya tanyakan pada 2 rekan saya , apa pendapatnya tentang jalan Tol.
Rekan saya yg muda dengan berseri memuji-muji jalan Tol, "Bayangkan saja, kalau tidak ada jalan tol, barapa lama harus ditempuh dari Cikarang ke Jakarta, mungkin bisa tua di jalan, adanya jalan tol membuat hidup lebih nyaman dan cepat" katanya..

Sedangkan rekan saya yang tua dengan wajah serius mengeluh takut lewat jalan Tol, karena setiap hari ada saja kecelakaan. " Hati saya selalu  was-was dan harus ekstra hati-hati  kalau lewat tol takut kena celaka"

Keduanya sangat berbeda pendapatnya. Ini bukan berati Jalan tolnya yang berbeda tetapi sikap hati yang memandangnya berbeda.

Yang muda lebih berani mengambil resiko untuk kepentingan yang lebih nyata. Dia berpikir yang kecelakaan toh mungkin hanya 0,1% , mengapa harus memusingkan kemungkinan yang sangat kecil itu, sedangkan yang 99,9 %  jelas bisa dinikmati manfaatya. Akibatnya yang terlontar adalah kemudahan dari Tol itu. Orang seperti ini bisa digolongkan risk taker.

Sebaliknya yang tua justru concern dengan yang 0,1% , karena meskipun kecil kemungkinannya kalau sampai  terjadi akan fatal, oleh karena itu sewaktu lewat tol dia benar-benar menjaga semua sarana untuk keselamatan. Ia sangat takut terkena resiko celaka yang kemungkinannya hanya 0,1%, Ia termasuk risk avoider.

Apakah risk taker lebih baik dari risk avoider , atau sebaliknya? Jawabnya tidak. Itulah wujud kebesaran Tuhan yang mencipta manusia dengan berbagai corak warna.

Bayangkan kalau semua orang risk taker maka dunia ini ibarat orang gambling semua punya keberanian mencoba tanpa mau memikirkan jaring pengamannya. Demikian juga kalau semua risk avoider maka dunia tidak akan maju2 karena tidak ada keberanian mencoba yang baru, yang penting aman dan nyaman di comfort zone.

Kehidupan ini memerlukan keduanya, Risk taker dibutuhkan untuk mencari sesuatu yang baru, usaha baru dan penemuan baru.. Sedangkan orang risk Avoider diperlukan untuk membangun sistem jaminan keamanan atau quality control  yang umumnya berfungsi mencegah terjadinya kesalahan

Dalam kehidupan ini Risk taker ibaratnya berfungsi sebagai gas dan Risk Avoider adalah remnya, dengan keduanya ada dan berfungsi maka kendaraan kehidupan akan berjalan lancar. Salah satu saja tidak ada maka kendaraan kehidupan kita akan "nabrak sana - nabrak sini" atau malah berhenti tidak bergerak kemana-mana.

Maha besar Tuhan yang telah menciptakan manusia dengan aneka ragam sifat dan sikapnya. Yang paling penting dan juga susah adalah menentukan diri kita sendiri, termasuk risk taker atau risk avoider...?

Pengembangan diri, 18 november 2009

Sabtu, 31 Oktober 2009

Belajar dari ikan KOI



Belajar dari ikan koi

Ikan Koi banyak disukai orang karena bentuk dan warnanya Indah dan berumur panjang .
Banyak macam ikan Koi tapi yg terkenal yang berwarna belang merah dengan sungut di mulutnya.

Di china ikan ini dipercaya bisa membawa rejeki .  Dalam mitosnya ikan Koi sangat gigih dan tidak mengenal lelah mengarungi sungai kuning di china, dan dipercaya karena kegigihamnya setelah berjuang mengarungi yellow river akhir nya ikan ini diberkahi dewa dan bisa berubah jadi naga .

Kegigihan kerja ini mengilhami kita,  saat ini kebanyakan orang lebih senang mencapai hasil yang cepat tanpa harus bersusah payah  . Akibatnya segala upaya diterjang , kalau perlu berbuat curang dan korupsipun tidak terlarang.
Sebenarnya , kalau bercermin dari ikan koi, segala kecurangan dan korupsi bisa dihindarkan jika kita berpegang pada prinsip  bahwa,  hasil yang baik hanya terjadi karena proses kerja yang baik.

Pada suatu saat saya disuruh menilai mana yang lebih baik, orang yang tidak berhasil tetapi sudah melakukan kerja keras yang benar, atau orang yang berhasil tetapi tidak tahu kerjanya bagaimana.
Menurut saya untuk kedepan orang pertama yang akan lebih banyak berhasilnya, meskipun saat ini gagal, tetapi dengan kerja keras dan proses yang benar maka keberhasilan itu hanya tinggal menunggu waktu.
Sebaliknya orang yang berhasil karena tidak jelas sebabnya, maka tinggal tunggu waktu saja kegagalan akan segera menimpa dan dia tidak tahu bagaimana mengatasi kegagalan itu.

Jadi kembali ke Ikan Koi, jika ingin jadi Naga berjuanglah gigih dengan terus berusaha tanpa mengenal lelah, pasti keberhasilan yang hakiki akan tergapai.
Jika memotong jalan atau berbuat curang mungkin bisa dapat keberhasilan, tetapi pasti tidak bertahan lama dan akan berbuah kehancuran di ujungnya.
sebaiknya kita ikuti pepatah usang tetapi masih tetap bermakna : tidak akan ada hasil tanpa keluar keringat atau berakit-rakit kehulu, berenang ketepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian....

Mawas diri 20 oktober 2009

"Job" dari Tuhan





"Job" dari Tuhan, Belajar dari Sinetron
Banyak orang yang sinis pada sinetron yang ada saat in. Sinetron dianggap tidak membumi dan tidak mendidik. Namun diantara sekian banyak sinetron terselip satu sinetron , yang menurut saya, cukup mendidik dan saya banyak mendapat insight positif dari sinetron itu, Judulnya: Para Pencari Tuhan 3 (karya Deddy Mizwar, diputar saat puasa ramadhan 2009)

Diceritakan ada tokoh kaya yang cenderung pelit bernama H.Jalal, karena dia orang yang punya duit di desa itu maka setiap ada masalah keuangan selalu minta bantuannya. Setiap kali membantu dia selalu mengeluh karena sebagian harta yang dia kumpulkan harus berkurang. Sampai suatu saat ustadz di desa itu memberikan pencerahan bahwa kalau ada orang yang minta bantuan berarti itu adalah tawaran kerja atau Job dari Tuhan. Seperti layaknya tawaran kerja , kalau dijalankan pasti akan ada imbalan dari Tuhan yang jumlahnya pasti besar. Kalau H.Jalal tidak mau membantu orang lain berarti dia telah menampik tawaran Job dari Tuhan dan melewatkan hadiah dari Tuhan
Sejak pencerahan itu maka jika ada orang yang minta bantuan selalu akan diberikan dengan riang hati, bahkan jika lama tidak ada orang yang minta bantuan dia menjadi sedih karena merasa tidak ada tawaran pekerjaan(JOB) dari Tuhan untuk memakmurkan dirinya.

Cuplikan cerita ini merubah Mind-set tentang sedekah. Dulu kalau mau bersedekah atau membantu orang selalu melihat uang yang ada, kalau uang banyak dan ada sisa baru mau sedekah . tapi kalau uang menipis tidak .
Demikian juga kalau mau menolong orang , dilihat dulu apa uangnya cukup, jadi selalu melihatnya ke keperluan sendiri yang diutamakan. Tetapi dengan pengertian bahwa membantu orang itu adalah Job dari Tuhan maka berapapun uang yang ada tidak dipikirkan lagi ,yang penting bisa menjalankan JOB-Nya. Dengan demikian berarti kita telah berbakti pada Tuhan dan Tuhan akan menjamin kesejahteraan umatnya yang berbakti .

Dengan logika ini saya mulai mengerti mengapa salah satu Ustadz Muda menganjurkan kalau mau sukses bersedekahlah, kalau perlu berhutanglah untuk bersedekah guna mencapai kesuksesan. Kalau untuk urusan bisnis dunia yang keberhasilannya tidak terjamin saja berani berhutang mengapa untuk bersedekah yang dijamin balasannya oleh Tuhan tidak berani hutang.
Tantangan ini memang cukup kontroversial dan banyak pro-kontranya, menurut hemat saya dari pada berhutang lebih baik carilah rejeki sebanyak-banyaknya agar kita bisa bersedekah yang banyak pula. Sehingga terjadi spiral rejeki dan sedekah yang saling menambahkan dan terus berputar keatas mencapai kebahagiaan dunia akhirat.

Mawas diri 28 Sept 09

Selasa, 20 Oktober 2009

managing the expectation



Managing the Expectation




Pada Hari kemerdekaan 17 Agustus 09 yang lalu , saya pulang ke Tegal dari Jakarta,  biasanya jarak itu ditempuh 5-6 Jam, tetapi diluar dugaan perlu waktu 9 Jam dari Jakarta ke Tegal.
Beberapa minggu kemudian kembali saya ke Tegal untuk mudik lebaran dan waktu tempuh yang diperlukan mencapai 20 jam !!.
Tetapi yang aneh pada perjalanan mudik itu meski waktu tempuhnya lebih lama, sampai 20 jam, namun perasaan ”kesal dan kecewanya”nya tidak sebesar saat pulang pada hari kemerdekaan.

Saya coba menanyakan ke diri sendiri, apa yang menyebabkan hal itu. Jelas secara absolut waktu tempuh saat mudik jauh lebih lama dibandingkan  dengan saat hari kemerdekaan, tetapi mengapa kekesalan hati tidak berbanding lurus dengan lamanya waktu tempuh?
Mungkin yang bisa menjelaskan hal ini adalah bedanya harapan (Expectation) waktu tempuh saat hari Kemerdekaan dan Mudik lebaran.

Saat Hari Kemerdekaan, dalam hati sudah berharap jalanan sepi sehingga waktu tempuh yang diharapkan hanya 5-6 jam,  pada kenyataannya dibutuhkan 9 jam atau satu setengah kali lebih lama dari waktu yang diharapkan. Ini membuat hati sangat kecewa karena yang terjadi jauh dari yang diharap.
Sebaliknya saat mudik sudah terpikir akan terjadi kemacetan panjang yang berdasarkan pengalaman tahun lalu bisa mencapai 21 jam, oleh karena itu ketika kenyataannya perlu waktu ”hanya” 20 jam, maka hati tidak terlalu kesal dan kecewa karena kenyataan tidak jauh berbeda dari yang diharapkan.

Paparan ini menunjukan kepuasan seseorang tidak absolut ditentukan dari realitas yang terjadi dalam kehidupan, tetapi lebih ditentukan oleh kesesuaian antara harapan dan kenyataan.
Prestasi yang sama pada suatu saat sudah sangat memuaskan tapi pada situasi lain bisa menjadi tidak memuaskan.
Oleh karena itu untuk mengukir keberhasilan, selain harus berbuat sebaik mungkin kita juga harus bisa mengetahui dan pandai ”me-manage” harapan dari ”customer” atau harapan dari diri kita sendiri.

Dengan kata lain, kekecewaan dan kepuasan hati sebenarnya tidak seratus persen tergantung dari kejadian diluar. Tetapi kita juga bisa mengontrol kekecewaan dan kepuasan jiwa kita sendiri dengan memanage Harapan yang ada didalam diri kita.
Kadang kita bisa menggantungkan harapan setinggi langit tapi kadang kita juga harus mau tidak berharap banyak, sehingga hidup menjadi lebih indah dan berwarna.

Hari ini SBY-Boediono dilantik jadi Presiden RI 2009-2014, kita banyak menggantungkan harapan kepada Presiden dan wapres  yang baru, namun sebaiknya harapannya dibuat membumi sehingga kita tidak kecewa karena terlalu tinggi harapan, ataupun sebaliknya.

Semoga Pak SBY dan Pak Boediono biasa berprestasi baik sekaligus bisa ”me-manage ” Ekspektasi rakyat, sehingga semua bisa berhasil dan terpuaskan, amin


Jakarta 20 Oktober 09

Senin, 28 September 2009

leadership ala "jawa"


Leadership ala "jawa"

Sudah menjadi rahasia umum, keberhasilan suatu organisasi baik itu bisnis, non bisnis maupun negara sangat tergantung pada kepemimpinan atau leadership.

Banyak konsep tentang leadership yang umumnya sepakat leadership mencakup 4 hal yakni :
Path finder, Alignment, Empowerment dan Role Model (Stephen Covey).

Namun jauh sebelum konsep leadership ala barat muncul sebenarnya dasar-dasar leadership sejenis sudah dirumuskan oleh intelektual jawa Ki Hajar Dewantoro dengan 3 konsep kepemimpinannya yakni:

Ing ngarsa sung tulodo
Pemimpin harus bisa berada di depan dan memberi contoh dan menunjukkan arah yang benar dan baik bagi teamnya (Role model dan Path Finder)

Ing madya mbangun Karso
Pemimpin harus bisa bercampur ditengah-tengah anggota teamnya untuk membangun motivasi (karso) , kerja-sama dan commitment untuk mencapai tujuan bersama. (Alignment)

Tut wuri Handayani
Akhirnya Pemimpin juga harus bisa berperan sebagai pendorong dari belakang,. Memberi kewenangan pada teamnya untuk melakukan tugasnya dengan selalu mengamati dari belakang (empowerment). Dan apabila teamnya akan naik atau turun “Kapal” maka dirinyalah yang naik atau turun paling belakang untuk memastikan tidak ada anggota yang tertinggal.

Secara konsep, prinsip Leadership dari Ki Hajar Dewantoro tidak kalah dari Stephen Covey. Semoga konsep leadership asal bangsa Indonesia ini bisa dikenal luas masyarakat dunia. Sebagai anak bangsa diharapkan kita juga mau menghargai dan memakai konsep-konsep dari bangsa sendiri yang memang terbukti baik dan up-to date.

Senin, 14 September 2009

Marah yang "Baik"


Marah yang "baik"
Kesabaran dan Kemarahan sering dipertentangkan. Sabar diposisikan sebagai kutub kebaikan sedangkan marah ada dikutub keburukan. Padahal dalam kenyataan kesabaran dan kemarahan bisa sama-sama baiknya.
Memang orang yang selalu marah tidak baik tapi demikian pula orang yang selalu sabar dan tidak pernah marah bukan otomatis menjadi orang baik. Bisa jadi orang terlihat sabar itu sebenarnya memendam kemarahan karena takut atau sungkan.
Marah sebenarnya merupakan salah satu ungkapan hati yang ada pada manusia seperti juga halnya menangis dan tertawa.
Jadi marah dan kemarahan bukanlah aib, hanya saja meski bukan aib perlu dijaga dan dikontrol. Jika kita marah yang tidak pada tempatnya bisa merusak diri kita sendiri dan hubungan dengan orang lain.
Lalu Marah seperti apa yang dianggap baik ?. Kata orang bijak marah yang baik adalah marah yang tidak karena emosi, tetapi marah yang terkontrol karena ingin menegur sesuatu yang salah.
Dari  luar marah yang emosional dan yang terkontrol kadang sukar dibedakan, tetapi bagi yang marah ada tanda untuk membedakannya. Yakni Jika setelah marah perasaan anda terasa puas dan hati lega, berarti marah anda itu emosional !!!
Marah yang emosional sebaiknya  dihindari  karena pada keadaan ini anda yang dikontrol oleh amarah dan bukan sebaliknya, sehingga kata2 dan bahasa tubuh yang keluar tidak bisa dikendalikan dan berakibat tidak produktif.
Sedangkan marah yang terkontrol ditandai dengan emosi yang stabil. Kata-kata yang terlontar bisa diatur sesuai dengan tujuan marah dan yahng terpenting  bisa mengatur kapan marah itu harus dihentikan.
Untuk bisa menjalankan marah yang terkontrol kita harus bisa sabar mengendalikan emosi. Jika emosi kekesalan sedang tinggi jangan keluarkan amarah anda , lebih baik tarik nafas panjang berkali-kali dan cuci muka atau wudlu bagi yang muslim.
Pada kenyataannya marah yang terkontrol sangat efektif dan cepat untuk membetulkan kesalahan seseorang dibanding nasihat yang berpanjang lebar.
Namun meski efektif, gunakan marah hanya untuk schock therapy saja jangan dijadikan kebiasaan untuk membina orang.
Kemarahan yang terlalu sering justru akan mengurangi keampuhanya dan pada akhirnya bukannya membuat orang menurut tetapi malah membuat mereka apatis terhadap kita.
Menurut hemat saya yang terbaik adalah adalah orang yang sabar tetapi bisa marah bila memang diperlukan.

Rabu, 09 September 2009

Keistimewaan "Tanggal"


KEISTIMEWAAN ”TANGGAL”

Hari ini tepat tanggal 9 September 2009, kalau ditulis dalam angka menjadi istimewa : 09-09-09. Banyak orang percaya tanggal membawa arti dan keuntungan tersendiri.
Masih teringat ketika Tahun 1988 dianggap tahun yang membawa berkah, apalagi kalau bisa punya anak pada tanggal 8 Agustus 1988 atau 8-8-88. Tidak aneh jika pada hari itu banyak dilakukan operasi cesar . Anak saya sendiri lahir 6 juli 1988 kalau ditulis menjadi 6-7-88 , lumayan istimewa meski sama sekali tidak disengaja...

Dari saat ini sampai tahun 2012 masih ada tanggal istimewa yang akan kita alami yang tidak semua generasi dapat mengalaminya yaitu : 10 Oktober 2010 (10-10-10), 11 November 2011 (11-11-11) dan 12 Desember 2012 (12-12-12).

Selain tanggal-tanggal istimewa diatas, ada satu tanggal lain yang dinanti dan ”ditakuti” yaitu 21 Desember 2012.
Sebagian orang percaya bahwa tanggal itu adalah akhir jaman. Seperti ditulis oleh suku Maya dalam kalendernya, tahun 2012 adalah tahun terakhir, dan setelah itu tidak ada tahun lagi, apakah berarti tahun 2012 akan kiamat ¿?.

Lepas dari segala ramalan dan keyakinan yang bersifat supranatural, memang pada tanggal 21 Desember 2012 ada kejadian istimewa yang disebut dengan “Galactic Alignment” dimana Matahari akan tepat di pusat galaksi Bima sakti (tempat bumi berada). Kejadian seperti ini hanya terjadi 26.000 tahun sekali.

Beberapa teori menyatakan, dipusat galaksi Bima-Sakti ada “black-hole” yang bisa mengisap segala sesuatu kedalamnya, sehingga mereka berspekulasi pada saat itu akan terjadi kehancuran di Matahari dan juga Bumi. Namun pendapat ini banyak disanggah dan dinilai berlebihan karena kejadian “Galactic Alignment “ adalah kejadian alam biasa seperti halnya gerhana Matahari atau Bulan sehingga tidak perlu dirisaukan, yang membuatnya lebih istimewa karena kejadiannya hanya 26.000 tahun sekali, itu saja...

Sebagai Umat yang percaya Tuhan, hari akhir atau kiamat tidak ada orang yang tahu, itu adalah rahasia Tuhan. Menyikapi 2012 mungkin lebih baik tanggal itu kita jadikan sebagai “turning point” untuk memperbaiki kehidupan dunia kita yang makin terdegradasi oleh bencana alam,gempa, banjir, global warming, eksploitasi sumber-alam, polusi , perang, teroris dan krisis ekonomi global yang tak ada habisnya.


Yang terbaik yang bisa kita lakukan saat ini adalah menyeimbangkan kehidupan dunia dan surgawi , dengan bekerja keras seakan kita akan hidup 1000 tahun lagi dan selalu berdoa seakan kita akan mati esok hari. Sehingga apapun yang terjadi pada tanggal 21 Desember 2012 dan tanggal-tanggal lainnya tidak perlu dirisaukan .

Minggu, 23 Agustus 2009

MERDEKA ATAU MATERI


MERDEKA atau MATERI


Setiap memperingati 17 Agustus selalu tersebut kata Merdeka, dan selalu diikuti pertanyaan apakah dengan merdeka kita tambah sejahtera? Mengapa setelah sekian puluh tahun merdeka masih saja tetap miskin ?.


Kemerdekaan selalu dikaitkan dengan materi, padahal dua hal ini beda dimensinya. Merdeka berhubungan dengan Jiwa sedang materi berhubungan nafsu badaniah.

Bisa jadi orang yg tidak punya apa-apa tetapi jiwanya merdeka dan sebaliknya ada orang bergelimang harta tapi tidak merdeka.

Merdeka adalah bebas dari tekanan, bebas berpendapat dan bebas dari rasa takut..


Orang yg tidak bergelimang harta pantas bersyukur karena ia dikaruniai kemerdekaan dari rasa takut, yaitu bebas dari rasa takut kehilangan harta....

Bayangkan orang yang punya jabatan tinggi dan harta banyak tetapi hidupnya disandera oleh rasa takut kehilangan. Sehingga mengorbankan kemerdekaannya dalam berpendapat, dan bertindak hanya sekedar untuk tidak mau kehilangan materi dan jabatan yang sudah dipunyainya. Padahal pada waktu mati nanti tidak ada satupun materi yg bisa dibawa ke dalam kubur.


Untuk merdeka janganlah diukur hanya dengan materi yang didapat dari kemerdekaan itu, tapi ukurlah dari ketentraman dan kebebasan jiwa . Bebas untuk berekspresi dan bebas dari rasa takut.

Kadang kala Merdeka dan Materi tidak sejalan dan merupakan pilihan. Lalu jika kita diharuskan memilih untuk mendahulukan antara Merdeka atau materi, maka dapat disimak kata-kata dari Alm. WS Rendra dibawah ini :

"Lebih baik mati diatas kaki sendiri daripada hidup bertekuk-lutut dihadapan orang lain"


Kegelimangan materi biasanya akan mengikis kemerdekaan hidup. Jangan terlalu terpesona dengan limpahan materi, karena limpahan materi yang tidak digunakan untuk sesama hanya akan menumbuhkan egoisme dan rasa takut kehilangan. Ini bertentangan dengan inti arti hidup manusia yaitu "kemerdekaan jiwa".

Hanya orang2 istimewa sajalah yang bisa menimbun banyak harta sekaligus dapat menjaga kemerdekaan jiwa dan hidupnya.


Materi membuat manusia hidup, tetapi kemerdekaan membuat hidup manusia berarti.

MERDEKA tidak patut jika digadaikan dengan MATERI

Jumat, 21 Agustus 2009

kesuksesan


KESUKSESAN “ANAK - ORANG TUA”


Sekarang ini banyak orang sedang merayakan kesuksesannya , sukses dapat meraih gelar sarjana, sukses ber-wirausaha, sukses menjadi seniman, sukses menjadi direktur, sukses menjadi jendral sampai sukses menjadi Presiden.

Pertanyaannya adalah, apakah keberhasilan yang dicapai ini memang hasil jerih payahnya?

Untuk menjawabnya, mungkin kita harus menerawang jauh ke belakang.


Kalau tidak ada ibu yang melahirkan kita ,apakah sukses ini terjadi?

Kalau tidak ada orang tua yang menyusui dan rela mengorbankan harta raganya untuk membesarkan kita, apa keberhasilan ini terjadi?

Kalau tidak ada doa, petuah,bimbingan dan kasih-sayang yang tulus dari orang tua, apakah kesuksesan kita itu akan terwujud?


Jadi benar kata orang keberhasilan kita hari ini bukanlah ukuran dan pertanda sukses kita tetapi itu adalah Wujud kesuksesan orang tua kita.

Oleh karena itu jangan cepat bangga dengan keberhasilan dan kesuksesan kita hari ini karena sebenarnya sukses itu bukan milik kita sepenuhnya, tetapi milik orang tua kita.

Kesuksesan kita yang hakiki akan diukur dan dibuktikan dari kesuksesan anak kita .


Jika ingin memuliakan Orang tua maka berusahalah untuk meraih keberhasilan hidup kita setinggi mungkin , tetapi jikan ingin meraih kesuksesan kita sendiri maka binalah anak kita untuk bisa meraih keberhasilan hidupnya kelak..

Bagi yang tdk punya anak, tidak perlu gelisah karena banyak anak2 disekitar kita yang membutuhkan orang tua dan perlu bimbingan untuk meraih keberhasilan hidupnya..


Kita buktikan kesuksesan kita dengan membina anak- anak kita dan juga anak disekitar kita agar bisa mencapai keberhasilan dan kesuksesan hidupnya di masa depan. Itu adalah tantangan yang besar dari Tuhan.