Salam dari Saya

Foto saya
Terima kasih telah mengunjungi Blog saya. Hal penting dalam hidup,bahwa manusia harus terus berkembang dalam segala hal agar bisa berhasil dan selalu mawas diri. Oleh karena itu kami buat blog ini untuk berbagi tanpa harus menggurui. Semua orang punya kekurangan dan kelebihannya sendiri, dan akan menjadi lebih baik bila mau saling mengisi dan berbagi.

Selasa, 29 Desember 2009

Tabungan Emosional



Dua orang teman saya,  sebut saja si “Badu” dan si “Bani” pernah sama-sama datang terlambat sampai 3 jam. Yang mengherankan saya, respons anak buahnya  bisa sangat berbeda.
Anak buah  Badu dengan wajah gundah  berkata “ Wah kasihan, Pak Badu pasti lagi ada masalah di jalan , bisa jadi mobilnya mogok atau ban-nya kempes, mudah-mudahan nggak ada masalah besar”.
Namun berlainan dengan anak buah Bani, dengan muka masam dia berkomentar : “ Biasa,..Pak Bani pasti bangun kesiangan !!,”

Pada kenyataaanya saya tahu persis yang bangun kesiangan itu sebenarnya si Badu akibat  bergadang lihat siaran bola, sedangkan si  Bani benar-benar baru ada masalah , anaknya sakit sehingga harus mengantar ke dokter.

Mengapa bisa begitu?, setelah saya renungkan ternyata memang ada perbedaan gaya memimpin dan perilaku keduanya.
Badu dalam kesehariannya memimpin dengan contoh dan perilaku yang baik sehingga orang percaya akan kebenaran tindakannya, sedangkan Bani perilakunya sering tidak sejalan dengan apa yang dikatakannya akibatnya orang sering ragu akan kejujuran dan ketulusannya.

Seorang pemimpin yang bisa menanamkan kepercayaan pada anak buahnya, akan selalu dianggap positif, meskipun kadang ia teledor , seperti kasus Badu,  masih akan “dimaafkan”, ini karena ia  punya tabungan emosional yang masih positif pada anak buahnya.

Sedangkan Bani kebalikannya, dengan segala sikapnya yang kurang baik sebelum-sebelumnya membuat ia tidak punya tabungan emosional yang positif , malah tabungan emosionalnya sudah negatif, akibatnya apapun  yang dilakukan  dianggap jelek, termasuk saat ia sedang berbuat yang jujur dan benar.

Tabungan emosional atau “emotional bank Account” sangat berarti dalam menjaga hubungan.

Emotional bank account akan bertambah (positif) jika kita melakukan hal-hal yang baik dan tanpa pamrih, seperti kita menjenguk kalau sejawat atau anak buah sakit, ikut berduka kalau keluarga team kita ada yang wafat atau terkena bencana, menolong, banyak SENYUM,ramah, berbuat jujur dan sebagainya. Emotional bank account akan berkurang jika kita tidak menghormati orang lain, tidak peduli dan yang sejenisnya

Nah, Orang yang punya banyak tabungan emotional positif biasanya akan dimaklumi bila suatu saat dia berbuat salah, meskipun itu akan mengurangi tabungan emosionalnya.
Namun sebaliknya susah sekali bagi orang yang terlanjur mempunyai tabungan emosional negatif, dia harus berbuat baik yang berkali-kali untuk sekedar membuat keadaan menjadi netral atau image negatifnya hilang.
Sebelum Tabungan emosional anda positif atau minimal nol/netral, jangan berharap tindakan-tindakan baik anda akan diterima dengan baik tanpa curiga oleh orang lain.

Kunci untuk mendapatkan tabungan emosional yang positif adalah pada saat kita pertama kali bertemu atau berinteraksi. Pada saat itu hubungan masih bersifat netral, artinya tabungan emosionalnya masih nol , tidak positif dan tidak negatif. Oleh karena itu kesan saat pertama interaksi menjadi sangat krusial, sekali kita bisa memberi kesan baik akan membuat tabungan emosional kita positif dan selanjutnya hubungan akan terjalin dengan baik dan penuh kepercayaan.
Sebaliknya jika kita salah tindak pada interaksi pertama sehingga menyebabkan ketersinggungan dan ketidakpercayaan (negative emotional bank account) maka bisa diramalkan hubungan selanjutnya akan rapuh dan saling curiga.

Jadi selain tabungan komersial, isilah hari-hari anda dengan menambah tabungan emosinal kepada siapa saja dan sebarkan kesan positif kepada orang-orang yang baru anda kenal.
Orang yang punya banyak tabungan emosional positif biasanya lebih confidence ,berani mengambil sikap dan keputusan, karena tidak takut salah. Toh kalau salah orang masih mau memaklumi dan memaafkan...

Pengembangan diri 28 Desember 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar