Salam dari Saya

Foto saya
Terima kasih telah mengunjungi Blog saya. Hal penting dalam hidup,bahwa manusia harus terus berkembang dalam segala hal agar bisa berhasil dan selalu mawas diri. Oleh karena itu kami buat blog ini untuk berbagi tanpa harus menggurui. Semua orang punya kekurangan dan kelebihannya sendiri, dan akan menjadi lebih baik bila mau saling mengisi dan berbagi.

Senin, 23 November 2009

Bangunlah "jembatan"...



BANGUNLAH JEMBATAN ....JANGAN TEMBOK

Alkisah ada dua orang kakak beradik yang hidup di sebuah desa. Entah karena apa mereka terjebak ke dalam suatu pertengkaran serius. Dan ini adalah kali pertama mereka bertengkar demikian hebatnya.

Padahal selama 40 tahun mereka hidup rukun berdampingan. Saling meminjamkan
peralatan pertanian. Dan bahu membahu dalam usaha perdagangan tanpa mengalami hambatan. Namun kerjasama yang akrab itu kini retak.

Dimulai dari kesalahpahaman yang sepele saja. Kemudian berubah menjadi perbedaan pendapat yang besar. Dan akhirnya meledak dalam
bentuk caci-maki.

Beberapa minggu sudah berlalu, mereka saling berdiam diri tak bertegur-sapa.

Suatu pagi, datanglah seseorang mengetuk pintu rumah sang kakak.

Di depan pintu berdiri seorang pria membawa kotak perkakas tukang kayu.

Maaf tuan, sebenarnya saya sedang mencari pekerjaan,? kata pria itu dengan ramah. ?Barangkali tuan berkenan memberikan beberapa pekerjaan untuk saya selesaikan.?
Oh ya !? jawab sang kakak.

Saya punya sebuah pekerjaan untukmu.?
Kau lihat ladang pertanian di seberang sungai sana. Itu adalah rumah tetanggaku, ah sebetulnya ia adalah adikku.

Minggu lalu ia mengeruk bendungan dengan bulldozer lalu mengalirkan Airnya ke tengah padang rumput itu sehingga menjadi sungai yang Memisahkan tanah kami.

Hmm, barangkali ia melakukan itu untuk mengejekku, Tapi aku akan membalasnya lebih setimpal. Di situ ada gundukan kayu. Aku ingin kau membuat pagar setinggi 10 meter untukku
Sehingga aku tidak perlu lagi melihat rumahnya. Pokoknya, aku ingin melupakannya. Kata tukang kayu, Saya mengerti. Belikan saya paku dan peralatan.

Akan saya kerjakan sesuatu yang bisa membuat tuan merasa senang.?
Kemudian sang kakak pergi ke kota untuk berbelanja berbagai Kebutuhan dan menyiapkannya untuk si tukang kayu.

Setelah itu ia meninggalkan tukang kayu bekerja sendirian. Sepanjang hari tukang kayu bekerja keras, mengukur, menggergaji dan memaku. Di sore hari, ketika sang kakak petani itu kembali, tukang kayu itu baru Saja menyelesaikan pekerjaannya. Betapa terbelalaknya ia begitu melihat hasil pekerjaan tukang kayu itu. Sama sekali tidak ada pagar kayu sebagaimana yang dimintanya.

Namun, yang ada adalah jembatan melintasi sungai yang menghubungkan ladang pertaniannya dengan ladang Pertanian adiknya.

Jembatan itu begitu indah dengan undak-undakan yang tertata rapi.

Dari seberang sana, terlihat sang adik bergegas berjalan menaiki Jembatan itu dengan kedua tangannya terbuka lebar.

Kakakku, kau sungguh baik hati mau membuatkan jembatan ini. Padahal
sikap dan ucapanku telah menyakiti hatimu. Maafkan aku? kata sang adik pada kakaknya.
Dua bersaudara itu pun bertemu di tengah-tengah jembatan, Saling berjabat tangan dan berpelukan. Melihat itu, tukang kayu pun
membenahi perkakasnya dan bersiap-siap untuk pergi.

Hai, jangan pergi dulu. Tinggallah beberapa hari lagi. Kami mempunyai banyak pekerjaan untukmu,pinta sang kakak.

Sesungguhnya saya ingin sekali tinggal di sini,? kata tukang kayu, tapi masih banyak jembatan lain yang harus saya selesaikan.?

Cerita diatas menyadarkan kita, bahwa dalam pertengkaran yang melibatkan dua pihak,kadang orang ketiga bisa berperan besar untuk menghentikannya.
Untuk berperan seperti itu, orang harus bisa menyaring apa yang baik dan kurang baik, tidak hanya menuruti apa saja yang dimaui oleh yang bersengketa, dengan resiko dimusuhi oleh yang bertengkar tetapi itu sah-sah saja demi untuk merukunkan mereka.

Namun sayangnya kebanyakan orang justru memilih memihak satu atau yang lain demi mendapatkan keuntungan pribadi.
Membangun  “jembatan” memang lebih sukar dibanding membangun “tembok”, tetapi manfaatnya sebanding dengan kerja keras dan segala kesukaran yang dihadapi.

Mudah-mudahan semakin banyak orang yang bisa bersikap seperti “tukang kayu” pada cerita diatas sehingga semua perselisihan di dunia bisa diakhiri dan dunia ini menjadi semakin damai dan indah.
Terima kasih untuk sejawat  Yohanes Sutasurya yang telah membagi ke saya cerita inspiratif ini .

Renungan, 23 November 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar