Risk taker atau Risk avoider
Setiap hari untuk ke kantor saya harus melalui jalan tol 31 km PP. Suatu saat saya tanyakan pada 2 rekan saya , apa pendapatnya tentang jalan Tol.
Rekan saya yg muda dengan berseri memuji-muji jalan Tol, "Bayangkan saja, kalau tidak ada jalan tol, barapa lama harus ditempuh dari Cikarang ke Jakarta, mungkin bisa tua di jalan, adanya jalan tol membuat hidup lebih nyaman dan cepat" katanya..
Sedangkan rekan saya yang tua dengan wajah serius mengeluh takut lewat jalan Tol, karena setiap hari ada saja kecelakaan. " Hati saya selalu was-was dan harus ekstra hati-hati kalau lewat tol takut kena celaka"
Keduanya sangat berbeda pendapatnya. Ini bukan berati Jalan tolnya yang berbeda tetapi sikap hati yang memandangnya berbeda.
Yang muda lebih berani mengambil resiko untuk kepentingan yang lebih nyata. Dia berpikir yang kecelakaan toh mungkin hanya 0,1% , mengapa harus memusingkan kemungkinan yang sangat kecil itu, sedangkan yang 99,9 % jelas bisa dinikmati manfaatya. Akibatnya yang terlontar adalah kemudahan dari Tol itu. Orang seperti ini bisa digolongkan risk taker.
Sebaliknya yang tua justru concern dengan yang 0,1% , karena meskipun kecil kemungkinannya kalau sampai terjadi akan fatal, oleh karena itu sewaktu lewat tol dia benar-benar menjaga semua sarana untuk keselamatan. Ia sangat takut terkena resiko celaka yang kemungkinannya hanya 0,1%, Ia termasuk risk avoider.
Apakah risk taker lebih baik dari risk avoider , atau sebaliknya? Jawabnya tidak. Itulah wujud kebesaran Tuhan yang mencipta manusia dengan berbagai corak warna.
Bayangkan kalau semua orang risk taker maka dunia ini ibarat orang gambling semua punya keberanian mencoba tanpa mau memikirkan jaring pengamannya. Demikian juga kalau semua risk avoider maka dunia tidak akan maju2 karena tidak ada keberanian mencoba yang baru, yang penting aman dan nyaman di comfort zone.
Kehidupan ini memerlukan keduanya, Risk taker dibutuhkan untuk mencari sesuatu yang baru, usaha baru dan penemuan baru.. Sedangkan orang risk Avoider diperlukan untuk membangun sistem jaminan keamanan atau quality control yang umumnya berfungsi mencegah terjadinya kesalahan
Dalam kehidupan ini Risk taker ibaratnya berfungsi sebagai gas dan Risk Avoider adalah remnya, dengan keduanya ada dan berfungsi maka kendaraan kehidupan akan berjalan lancar. Salah satu saja tidak ada maka kendaraan kehidupan kita akan "nabrak sana - nabrak sini" atau malah berhenti tidak bergerak kemana-mana.
Maha besar Tuhan yang telah menciptakan manusia dengan aneka ragam sifat dan sikapnya. Yang paling penting dan juga susah adalah menentukan diri kita sendiri, termasuk risk taker atau risk avoider...?
Pengembangan diri, 18 november 2009
bagus2 penyimpulan yg bagus terimakasih
BalasHapus